Deteksi gempa bumi dapat diukur dengan menghitung percepatan gerakan atau getaran secarahorizontal dan vertikal, adanya Gelombang P (Primer) dan Gelombang S (Sekunder) menjadiindikasi akan terjadinya gempa bumi. Salah satu faktor yang dapat digunakan dalam mende-teksi dan menghitung kekuatan gempa bumi adalah dengan menghitung percepatan getaranyang terjadi secara horizontal dalam Gelombang P. Dengan memanfaatkan hal itu dapatdiketahui besaran gempa yang terjadi dan dapat memberikan peringatan secepat mungkinpada masyarakat. TeknologiInternet of Thingsmemungkinkan sistem untuk dapat membacadata dengan secara otomatis dan terus menerus tanpa perlu banyak melibatkan manusia.Dalam melakukan klasifikasi gempa bumi sistem ini menggunakan algoritmaFuzzy Logicyang memiliki karakteristik dapat mengolah informasi dengan cepat dengan kompleksitasrendah sehingga sistem dapat memberikan peringatan secepat mungkin. Dalam validasi datasistem menggunakan beberapa tingkat validasi yang terdiri dari server perangkat dan serverutama. Hasil daripada penelitian ini dalam 1000 kali percobaan, sistem dapat melakukanproses validasi dan klasifikasi dengan rata-rata kecepatan yang dihasilkan adalah 10 - 15detik untuk satu kali pengolahan data dengan tingkat akurasi hasil akhir pada skala SIGBMKG dengan rata-rata 81.8%.
Downloads
Download data is not yet available.
References
Raï¬ G Alphonso A. Earthquake early warning system by iot using wireless sensor networks. Earthquake Early Warning System by IOT using Wireless Sensor Networks, 1:2–64, 2016.
Detik. bmkg kekurangan 695 alat deteksi dini-gempa-dan-tsunami. https://news.detik.com/berita/3842996/ bmkg-kekurangan-695-alat-deteksi-dini-gempa-dan-tsunami, 2018.
Paul S Earle, Daniel C Bowden, and Michelle Guy. Twitter earthquake detection: earthquake monitoring in a social world. Annals of Geophysics, 54(6), 2012.
Matthew Faulkner, Michael Olson, Rishi Chandy, Jonathan Krause, K Mani Chandy, and Andreas Krause. The next big one: Detecting earthquakes and other rare events from community-based sensors. In Proceedings of the 10th ACM/IEEE International Conference on Information Processing in Sensor Networks, pages 13–24. IEEE, 2011.
Roy Fielding, Jim Gettys, Jeffrey Mogul, Henrik Frystyk, Larry Masinter, Paul Leach, and Tim Berners-Lee. Hypertext transfer protocol–http/1.1. Technical report, 1999.
Kumparan. Mengapa di indonesia sering terjadi gempa? https://kumparan.com/@kumparansains/ mengapa-di-indonesia-sering-terjadi-gempa-1538383191480141053, 2018.
Yutaka Nakamura. On the urgent earthquake detection and alarm system (uredas). In Proc. of the 9th World Conference on Earthquake Engineering, volume 7, pages 673–678. Tokyo-Kyoto Japan, 1988.
Jayalakshmi Chandle Amil Kulkarni Yogesh Sherki, Nikhil Gaikwad. Design of real time sensor system for detection and processing of seismic waves for earthquake early warning system. Design of Real Time Sensor System for Detection and Processing of Seismic Waves for Earthquake Early Warning System, 1:2–64, 2015.
Tisnadinata, M. A., Suwastika, N. A., & Yasirandi, R. (2019). Sistem Peringatan Dini Gempa Bumi Multi Node Sensor Berbasis Fuzzy Dan Komunikasi IoT. Indonesia Journal on Computing (Indo-JC), 4(2), 67-80. https://doi.org/10.34818/INDOJC.2019.4.2.311
Manuscript submitted to IndoJC has to be an original work of the author(s), contains no element of plagiarism, and has never been published or is not being considered for publication in other journals.Â
Copyright on any article is retained by the author(s). Regarding copyright transfers please see below.
Authors grant IndoJC a license to publish the article and identify itself as the original publisher.
Authors grant IndoJC commercial rights to produce hardcopy volumes of the journal for sale to libraries and individuals.
Authors grant any third party the right to use the article freely as long as its original authors and citation details are identified.